Rabu, 14 Desember 2022

❤️ Prinsip Pengajaran dan Asesmen yang Efektif I di Sekolah Menengah - Topik 3 - 01.03.d.3-T3-7 Koneksi Antar Materi ❤️

 


❤️ PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah suatu upaya untuk menyesuaikan proses didalam pembelajaran agar dapat memenuhi segala kebutuhan belajar masing - masing peserta didik dengan berpedoman pada urutan didalam proses yang logis

❤️ STRATEGI DALAM PEMBELAJARAN YANG BERDIFERENSIASI

Kita sebagai guru tidak perlu lagi menyusun berbagai modul ajar agar dapat mengkomodasi berbagai kebutuhan belajar peserta didik yang beragam, Akan tetapi guru dapat melakukan penyesuaian pembelajaran yang sesuai dengan tingkat capaian dan karakteristik peserta didik, salah satunya dengan cara menyesuaikan ruang lingkup pembelajaran

❤️ KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
  1. Tujuan Pembelajarannya Jelas
  2. Adanya Keragaman Guru dalam menanggapi atau merespon Kebutuhan Belajar Peserta Didik
  3. Manajemen Kelas yang Efektif
  4. Lingkungan Belajar Harus Mampu Mengundang Peserta Didik untuk Belajar
  5. Penilaian yang Berkesinambungan

❤️ KOMPONEN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

  1. Konten/Isi - Materi yang diajarkan atau disampaikan pada peserta didik
  2. Proses - Bagaimana siswa mengolah ide dan memaknai informasi mengenai materi yang akan dipelajari
  3. Produk - siswa menunjuk kanapa yang dipelajari atau hasil pekerjaan atau unjuk kerja, misalnya dlam bentuk karangan, tulisan, hasiltes, pertunjukan, video dll.
  4. Lingkungan Belajar - Bagaimana cara siswa bekerja dan merasa dalam pembelajaran

❤️ PENERAPAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

  1. Menentukan Tujuan Pembelajaran
  2. Menganaisis Kebutuhan belajar dengan assesmen diagnostik
  3. Melakukan Pemetaan kebutuhan peserta didik yaitu kesiapan belajar, minat dan profil belajar.
  4. Merencanakan pembelajaran dengan 3 strategi yaitu konten, proses dan produk
  5. Mengimplementasi rencana pembelajaran berdiferensiasi di kelas.
Agar Pembelajaran Berdiferensiasi sesuai dengan Tingkat Capaian Peserta Didik, Maka Guru perlu melakukan pemetaan berdasarkan 3 aspek berikut:

  1. Kesiapan Peserta Didik

    Guru perlu melihat kesiapan belajar peserta didik untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru.

  2. Minat Peserta Didik

    Guru memberikan pilihan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan minat sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

  3. Profil Belajar Peserta Didik

    Guru memberikan kesempatan Kepada Peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya, kecerdasarkan majemuknya, pengaruh budaya serta lingkungannya.




Selasa, 13 Desember 2022

Filosofi Pendidikan Indonesia - Topik 4: Pancasila Sebagai Fondasi Pendidikan Indonesia - 01.01.2-T4-7 Aksi Nyata - Pancasila bagi Saya

 

1.  Mahasiswa mengobservasi secara kritis apa tantangan menghayati Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21.

 

Pancasila sebagai jati diri bangsa karena seluruh gagasannya memuat makna kekhasan yang melekat pada identitas manusia Indonesia. Pancasila dari segi entitas itu artinya unik, keunikan yang beragam kemudian keunikan bkebragaman yang dimiliki oeh Indonesia tersebut menjadi Identitas Bangsa Indonesia. Berbagai makna yang terkandung didalam pancasila berhubungan dengan kehidupan sehari – hari manusia Indoensia dan seluruh sila-sial yang ada didalam pancasila saling berhubungan satu sama lainnya serta tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.

Kodrat Zaman terus berkembang dengan sangat pesat, hingga sampai saat ini manusia Indonesia telah memasuki pada Abad-21. Keadaan zaman yang terus berkembang tersebut lantas tidak melunturkan penerapan nilai pancasila di dalam kehidupan sehari-hari manusia Indonesia. Malah semaking berkembang nilai-nilai pancasila dari zaman ke zaman. Pancasila tetap dipertahankan dan menjadi pedoman yang melekat dalam manusia Indonesia karena seluruh yang dilakukan oleh bangsa Indonesia harus tetap menekankan kaidah nilai pancasila agar tidak kehilangan eksistensi pancasila ditengah perkembangan zaman yang melesat dengan sangat pesat ini.

Pendidikan pada abad-21 semakin memperkuat eksistensi pancasila dengan wujud Profil Pelajar Pancasila, yang mengandung 6 kompetesi serta karakter yang berasal dari nilai-nilai pancasila yang akan dicapai oleh peserta didik pada satuan pendidikan. Akan tetapi tidak mudah untuk menerapkan Profil Pelajar Pancasila didalam dunia pendidikan yang berpusat pada peserta didik dalam Abad 21. Dunia pendidikan menghadapi berbagai tantangan dalam penerapannya, tantangan tersebut terdiri dari:

a.      Peran Orang Tua Kurang Maksimal Didalam Pendidikan

Pendidikan di Indonesia memiliki tujuan yang harus dicapai, untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut tidak dapat dilakukan oleh satu orang saja ataupun peran guru saja, tidak bias melepaskan semua pada guru saja, melainkan melmaksimalkan keterlibatan seluruh stakeholder yang memiliki peran dalam pendidikan, salah satunya adalah orang tua yang memiliki pengaruh besar dalam pendidikan anak. Orang tua kebanyakan kurang memiliki perhatian terhadap pendidikan anaknya, terlebih lagi kurangnya perhatian orang tua pada segi aspek afektif. Orang tua cenderung memperhatikan anak dari aspek kognitifnya, hal ini tentunya memiliki pengaruh yang kurang baik untuk peserta didik,. Dampaknya peserta didik akan memiliki sikap yang kurang baik meskipun pada kognitifnya baik. Hal ini menunjukkan aksi nyata dalam menerapkan Profil Pelajar Pancasila, yang menekankan bahwa Profil Pelajar pancasila tidak hanya dilakukan atau diteapkan oleh satuan pendidikan (sekolah) saja, melainkan perlu konstribusi dari seluruh stakeholder pendidikan, terutama orang tua yang yang dapat membiasakan mendidik serta melatih anaknya untuk berperilaku sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

b. Hanya Beberapa Guru Yang Memiliki Motivasi, Semangat Dan Pengetahuan Dalam Menerapkan Profil Pelajar Pancasila Ini.

Terkait penerapan elemen Profil Pelajar Pancasila, actionya dilapangan masih banyak guru yang belum memiliki semangat ataupun motivasi serta pengetahuan untuk menerapkan elemen karakter Profil Pelajar Pancasila ini. Guru kebanyakan atau cenderung guru masih merasa nyaman dengan perangkat pembelajaran kurikulum yang sebelumnya. Guru juga mengangap pada kurikulum merdeka yang memuat elemen Profil Pelajar Pancasila masih kurang praktis serta dapat menambah beban kerja yang dilakukan oleh guru, terutama untuk merancang perangkat pembelajaran yang diharukan memuat seluruh elemen karakter serta kompetensi Profil Pelajar Pancasila. 

 

c.       Akses Dalam Dunia Teknologi Digital Yang Tidak Terbatas

Pada era modern seperti saat ini teknologi dapat dinikmati oleh semua kalangan dan seluruh usia.Peserta didik pada abad 21 ini sudah sangat pandai dan lihay dalam menggunakan teknologi. Sebenarnya dari sisi teknologi ada pengaruh positifnya tapi juga ada pengaruh negatifnya. Sisi positifnya peserta didik dapat menggunakan teknologi untuk memperluas cakrawala ilmu pengetahuannya, dengan mencari berbagai refresi materi pelajaran menggunakan teknologi. Namun sisi negatifnya teknologi ini digunakan tidak optimal dalam artian peserta didik tidak menjelajahi ilmu pengetahuan menggunakan teknologi tersebut. Melaikan kebanyakan digunakan oleh peserta didik untuk bermain game. Kemajuan dari segi teknologi ini jika tidak di imbangi oleh literasinya (boleh literasi digital misalnya). Jika tidak diimbangi oleh keduanya maka menjadi ancaman untuk karakter peserta didik maka diperlukanlah berbagai upaya untuk menghalagi agar tidak terjadi ancaman tersebut, upaya yang dilakukan dapat secara intensif, holistik maupun ekstesif serta berbagai program yang dapat menguatkan karakter peserta didik.

 

2.  Mahasiswa menuliskan secara kritis bagaimana Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 di Ekosistem Sekolah (kelas).

 

Berbagai Perwujudannya Elemen Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang berpusat atau berpihak kepada Peserta Didik didalam Pendidikan pada Abad ke-21 terutama dalam ekosistem sekolah/kelas dapat dilakukan dengan membentuk kegiatan berikut:

 

a.     Perwujudan elemen Profil Pelajar Pancasila yang Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, dapat dilakukan dengan kegiatan berikut:

 

  • Melakukan pembiasaan pada peserta didik untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinan agama masing-masing. Untuk peserta didik yang beragama islam contohnya melaksanakan Ibadah sholat 5 waktu dan rajin membaca Al-Quran terutama diwaktu subuh sebelum berangkat kesekolah atau sehabis magrib (menunggu waktu isya).
  •  Peserta didik harus dibiasakan berdoa sebelum memulai pembelajaran dan sesudah melakukan aktifitas belajar. 
  • Menumbuhkan perilaku kebaikan yang akan membentuk karakter baik pula didalam diri peserta didik. Baik dalam artian, baik terhadap sesama. Seperti 5S contohnya senyum, salam, sapa, sopan,santun kepada semua oaring baik di lingkungan sekolah ataupun dilingkungan masyarakat. 
  • Menamankan berbagai nilai kebaikan kepada peserta didik. Contohnya menghormati teman, ataupun guru serta orang lain yang berbeda agama. Kemudian menunjukkan sikap serta rasa toleransi kepada seluruh warga sekolah dan di lingkungan masyarakat.

b.   Perwujudan elemen Profil Pelajar Pancasila yang Berkebinekaan Global, dapat dilakukan dengan kegiatan berikut:

  •  Melalui materi pelajaran muatan lokal dan pelajaran seni budaya yang sesuai dengan masing-masing sekolah daerahnya. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat memahami dan mengenali identitas budaya yang ada didaerahnya masing-masing. 
  • Guru juga harus melaksanakan pembelajaran dengan makna unsur kearifan lokal, terutama pada materi pelajaran lainnya seperti sains dapat menjadi etnosains. 
  • Satuan pendidikan merayakan hari – hari besar nasional, seperti peringatan hari sumpah pemuda, peserta didik diwajibkan untuk memakai baju adat bermacam-macam daerah

      c.   Perwujudan elemen Profil Pelajar Pancasila yang Bergotong Royong dapat dilakukan dengan kegiatan berikut:

  • Melaksanakan proses pembelajaran dengan cara metode kerja kelompok diskusi. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan sikap kerjasama antar sesame peserta didik dan membangkitkan jiwa gotong-royong didalam diri peserta didik. 
  •  Melaksanakan kegiatan untuk membersihkan lingkungan sekolah dengan cara bersama-sama. Contohnya seperti di SMA Negeri 3 Mataram pada hari sabtu, setiap 2 minggu sekali dilaksanakan sabtu budaya, kemudian di 2 Minggu berikutnya dilaksanakan kegiatan bersih-bersih lingkungan sekolah terutama ruang kelas masing-masing peserta didik, kegiatan dihari sabtu untuk bersih lingkungan sekolah ini dilakukan oleh semua warga sekolah SMA Negeri 3 Mataram.

     d. Perwujudan elemen Profil Pelajar Pancasila yang Mandiri dapat dilakukan dengan kegiatan berikut:

  • Sikap mandiri dapat di mulai dari memberikan tugas secara individu untuk setiap peserta didik. 
  • Kemudian memberikan peserta didik ruang untuk melatih kemandirian mereka melalui berbagai organisasi sekolah seperti, OSIS Majelis Permusawaratan Kelas (MPK) dan masih banyak ekstrakulikuler lainnya ang dapat melatih jiwa kemandirian didalam diri peserta didik.

     e. Perwujudan elemen Profil Pelajar Pancasila yang Bernalar Kritis, dapat dilakukan dengan kegiatan berikut:

  • Guru dapat mengasah pikiran yang kritis dari peserta didik melalui proses pembelajaran. Contohnya seperti pembelajaran PBL (Project Based Learnig), kemudian pembelajaran Guided Inquiry Learning dan berbagai pembelajaran lainnya.   
  • Kita sebagi guru juga dapat mengasah berfikir peserta didik dengan cara memberikan tugas yang perintah dari tugasnya adalah meminta pendapat peserta didik terkait dengan kasus, fenomena ataupun kejadian kejadian yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan oleh masyarakt Indonesia ataupun dunia kemudian meminta peserta didik untuk mengaitkannya didalam materi pelajaran yang akan diajarkan tersebut.

       f.  Perwujudan elemen Profil Pelajar Pancasila yang kreatif, dapat dilakukan dengan kegiatan berikut:  

·     Guru meminta peserta didik untuk membuat tugas menggunakan berbagai bahan, seperti kertas manila, buffalo, origami, sticky note, dan lain sebagainya. Kemudian guru meminta peserta didik untuk membuat tugas dengan menggunakan bahan-bahan tersebut. Hal ini dilakukan agar tugas yang dibuat peserta didik tidak mononton (dalam artian hanya menulis saja di buku tulis). Dengan berbagai bahan untuk meyusun tugas tersebut akan mengasah kreatifitas peserta didik dalam menyelesaikan tugas dengan kreatif.

 

·         Guru dapat memanfaatkan teknologi digital yang dimiliki oleh peserta didik (setiap peserta didik di SMA Negeri 3 Mataram contohnya. Setiap peserta didiknya memiliki HP sendiri-sendiri) Jadi kita sebagai guru bias meminta siswa untuk menyusun tugasnya dengan membuat infografis, power point dan lain sebagainya dengan menggunakan teknologi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut.

Senin, 12 Desember 2022

Filosofi Pendidikan - Topik 2 - 01.01.2-T3-6 Koneksi Antar Materi - Manusia Indonesia dari Perspektif yang Beragam

  1. Kesimpulan dan pesan kunci dengan mengaitkan pemahaman dari Topik III dengan Topik I dan Topik II. Sejauh mana topik tentang identitas manusia Indonesia menjadi sebuah pemahaman yang berkesinambungan dalam proses belajar.
  2. Membangun perspektif kritis dengan mengacu pada Mata Kuliah Sosio-Kultural dan Mata Kuliah Psikologi Perkembangan untuk melihat bagaimana latar belakang sosial budaya dan pola asuh serta Mata Kuliah Pendidikan di Daerah Khusus.

Beberapa inti yang menjadi kesimpulan serta pesan kunci dalam memahami Identitas Manusia Indonesia yaitu:

Manusia Indonesia

Secara relasional, dialogal, dan historis manusia Indonesia terbentuk dan mencakup nilai, jiwa, hasrat, martabat, sosialitas, relasionalitas, genuitas, dialogalitas serta berbagai tradisi manusia Indonesia dari waktu ke waktu serta bahkan dari generasi ke generasi.

1.      Manusia Indonesia Lahir, Hidup dan Berkembang dalam Kebhinekatunggalikaan.

Keberagaman masyarakat Indonesia menjadi identitas manusia Indonesia dan bersatu sebagai bangsa Indonesia. Keberagaman disebut sebagai kebhinekaan yang menjadi stuktur hakiki yang khas mencerminkan karakter Indonesia. Bahkan keberagaman Indonesia bersifat transendetal dan terbuka untuk bereksplorasi menggali makna lebih dalam untuk lokalitas manusia Indonesia. Keberagaman atau kebhinekaan Indonesia terbentuk karena letak gegrafis Indonesia yang memiliki berbagai wilayah dan pulau sehingga terbentuk berbagai minoritas yang terdiri dari suku, ras, budaya, tradisi, serta kepercayaan. Karena keberagaman tersebut Indonesia disebut sebagai Manusia Indonesia yang Lahir, Hidup dan Berkembang didalam Kebhinekatunggalikaan.

2.      Manusia Indonesia sebagai Manusia Pancasila

Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia, sekaligus sebagai identitas manusia Indonesia. Karena isi dari pancasila mengandung makna mendalam tentang jiwa bangsa Indonesia. Pancasila sebagai pusat dari berbagai nilai – nilai, jiwa serta semangat orang Indonesia yang selalu menjunjung tinggi jiwa gotong – royong.

3.      Manusia Indonesia sebagai Manusia Religius

Religiositas merupakan pusat dari inti daya agama. Sehingga membentuk jiwa unntuk mengembangkan visi kemanusiaan Indonesia agar dapat hidup bersama secara Integral, ekologis, dinamis dan kontinyu, tentunya tetap didalam keberagaman budaya Indonesia. Sehingga dapat menghidupkan nilai keberagaman yang berjiwa pancasila dan mewujudkan religiusitas.

Kaitan Identitas Manusia Indonesia dengan Pendidikan dan filosofi Ki Hadjar Dewatara

Keberagaman yang menjadi karakter khas identitas manusia Indonesia juga dikaitkan dengan dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan keberagaman peserta didik itu unik sehingga kita sebagai guru harus memahami karakteristik setiap peserta didik. Hal ini erat kaitnnya dengan keberagaman yang menjadi karakter khas identitas manusia Indonesia, kemudian Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan bahwa tempat berseminya benih kebudayaan didalam masyarakat dengan tujuan pendidikan adalah menuntun kodrat anak agar mereka mencapai keselamatan  dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidikan anak juga erat kaitannyannya dengan kodrat alam dan kodrat zaman, yang dimana Kodrat alam memiliki keterkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana anak tersebut berada. Lingkungan akan membentuk anak mulai dari tutur katanya, menumbuhkan jiwa gotong – royong dan jiwa sosialisasinya. Sedangkan kodrat zaman erat kaitannya dengan perkembangan zaman dari waktu ke waktu dari generasi ke generasi. Hal ini juga memiliki keterkaitan dengan manusia Indonesia yang selalu kental dengan nilai, jiwa, hasrat, martabat, sosialitas, relasionalitas, genuitas, dialogalitas serta berbagai tradisi manusia Indonesia dari waktu ke waktu serta bahkan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu kodrat zaman dapat menuntun anak mencapai puncak kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Sehingga guru dapat menuntun pada kodrat alam yang menekankan tumbuh serta berkembang bentuk interaksi ataupun tata karma sesuai dengan masyarakat dan budaya yang melekat di lingkungan sekitar peserta didik. Kemudian untuk yang kodrat zaman memiliki hubungan erat pada zaman yag terjadi pada saat itu. Sehingga guru dapat memperbaiki tingkah laku hidup peserta didik dan menumbuhkan kekuatan kodrat peserta didik.

Perspektif Kritis dengan Mengacu Pada Mata Kuliah Sosio-Kultural

Interaksi didalam sosio- kultural terlebih didalam dunia pendidikan memiliki makna sebagai interaksi atau komunikasi anatar manusia paa suatu budaya yang memiliki hubungan dengan dunia pendidikan. Sosio Kultur pendidikan juga sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan untuk mencegah terjadinya disintegrasi bangsa yang biasanya penyebab utamanya dari kecemburuan sosial dan kurangnya jiwa toleransi terhadap sesama sehingga terjadi konflik tertentu antar sesama manusia Indonesia. Melalui perspektif pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara disampaikan bahwa untuk dapat melakukan pembaharuan secara terpadu, harus tetap menekankan pada kepentingan peserta didik serta kebutuhan peserta didik, juga hendak memperhatikan kehidupan diri pribadi peserta didik maupun kehidupan  didalam masyarakat peserta didik tersebut. Untuk melakukan pembaharuan yang terpadu juga harus tetap berpedoman pada dengan kodrat keadaan yang terdiri dari kodrat alam dan kodrat zaman.

 

Jumat, 09 Desember 2022

❤️ RUANG KOLABORASI DAN DEMONSTRASI KONTEKSTUAL - PRINSIP PENGAJARAN DAN ASESMEN YANG EFEKTIF I DI SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH TOPIK 3 - WAHYU ANASTI ❤️

           ❤️ ADD TO VIDIO YOUTUBE  ❤️                         ❤️ADD TO FILE PDF ❤️

 

 1. Mencermati format modul ajar dan komponen-komponen apa saja yang harus ada dalam sebuah modul ajar

 

Penulisan modul ajar bertujuan untuk memandu pendidik untuk melaksanakan proses pembelajaran. Komponen dalam modul ajar ditentukan oleh pendidik berdasarkan kebutuhannya. Secara umum modul ajar memiliki komponen sebagai berikut:

 

Informasi umum seperti Identitas penulis modul , Identitas penulis modul , Kompetensi awal , Profil Pelajar Pancasila , Sarana dan prasarana , Target peserta didik , Model pembelajaran yang digunakan . komponen Inti meliputi Tujuan pembelajaran , Asesmen , Pemahaman bermakna , Pertanyaan pemantik , Kegiatan pembelajaran , Refleksi peserta didik dan pendidik . Lampiran terdiri dari Lembar kerja peserta didik , Pengayaan dan remedial , Bahan bacaan pendidik dan peserta didik , Glossarium, Daftar pustaka

 

Informasi Umum

Komponen Inti

Lampiran

Identitas Penulis Modul
Komponen awal
Profil Pelajar Pancasila
Sarana dan Prasarana
Target Peserta Didik
Model Pembelajaran Yang Digunakan
Tujuan Pembelajaran
Asesmen
Pemahaman Bermakna
Pertanyaan Pematik
Kegiatan Pembelajaran
Refleksi Peserta Didik
Lembar Kerja Peserta Didik
Pengayaan dan Remidial
Bahan Bacaan Pendidik dan Peserta Didik
Glosrium
Daftar Pustaka

2. Berdiskusi tentang alasan perlunya menyesuaikan proses pembelajaran dengan tingkat capaian dan karakteristik peserta didik.


Pembelajaran paradigma baru berpusat pada peserta didik, Karena itu, pembelajaran ini disesuaikan dengan tahapan pencapaian dan karakteristik peserta didik. Bagaimana cara pendidik melakukan hal tersebut?

Dalam melakukan penyesuaian pembelajaran peran pendidik secara umum adalah sebagai berikut:

Aktif mencari dan mendengarkan pendapat, pertanyaan, sudut pandang, aspirasi dari peserta didiknya.
Membuka kesempatan untuk eksplorasi diri dan dunia dengan memberikan pertanyaan dan tugasterbuka’.
Memberikan pertolongan dan juga tantangan bagi peserta didik yang membutuhkan.
Memberikan umpan balik dan kesempatan bagi peserta didik untuk memberikan umpan balik kepada diri dan satu sama lain
Melibatkan peserta didik untuk mengambil keputusan untuk apa, mengapa, bagaimana mereka belajar. Peserta didik berlaku sebagai kolaborator dalam komunitas belajarnya.
Mengkomunikasikan ekspektasi dengan jelas kepada peserta didik. Pemahaman yang ingin dipelajari, keterampilan yang ingin dimiliki, dan profil pelajar yang dituju.
Membuat kesepakatan bersama dengan peserta didik agar saling menghormati dan membangun rasa percaya dengan satu sama lain.
Membangun rutinitas keseharian dengan membiasakan budaya positif, dan konsisten menjadi teladan bagi peserta didik
 

3. Mencermati rencana pembelajaran yang tertuang dalam modul ajar/RPP yang dibuat oleh guru di sekolah di mana mereka melaksanakan PPL.

 

 

Dari hasil yang kami cermati modul ajar/RPP yang dibuat oleh guru pamong kami masih sangat kurang. RPP yang beliau gunakan hingga saat ini adalah RPP pembelajaran daring pada saat covid yang 1 lembar.

 

4. Secara berkelompok menelaah kesesuaian pembelajaran dengan tingkat capaian dan karakteristik peserta didik dari sebuah contoh perencanaan pembelajaran yang disediakan.

Jawaban no 3 dan 4

Dari hasil yang kami cermati modul ajar/RPP yang dibuat oleh guru pamong kami masih sangat kurang. RPP yang beliau gunakan hingga saat ini adalah RPP pembelajaran daring pada saat covid yang 1 lembar. Perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru masih memiliki kekurangan jika dilihat dari komponen Modul ajar/RPP yang seharusnya.  Pada Modul ajar/ RPP yang dibuat oleh guru hanya ada identitas, KD, Tujuan Pembelajaran, media, alat bahan dan langkah-langkah pembelajaran. Tidak ada KI, sumber belajar , langkah-langkah pembelajaran yang lebih detail dll

 

5. Mendiskusikan dan mengidentifikasi kesesuaian pembelajaran dengan karakteristik peserta didik dilihat dari ruang lingkup materi pembelajaran, proses pembelajaran, produk hasil belajar, dan kondisi lingkungan belajar.

 

A. Ruang Lingkup Materi Pembelajaran

Ruang lingkup materi pembelajaran yang terdapat dalam RPP guru pamong sudah sesuai dengan karakteristik peserta didik hal tersebut dibuktikan dengan adanya asesmen diagnostic yang dilakukan diawal pembelajaran untuk menegtahui kemampuan awal peserta didik sehingga saat kegiatan pembelajaran semua peserta didik dapat mengikuti dengan baik.. Materi yang disampaikan sudh sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah dirummuskan pada RPP Kelas X

 

B. Proses Pembelajaran

Dalam menyampaiakn materi Ketentuan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945  yang mengatur tentang wilayah negara, warga negara dan penduduk, agama dan kepercayaan, pertahanan dan keamanan guru menggunakaan metode ceramah tanpa menggunakan media LCD dll sehingga pembelajaran terkesan monoton dan membosankan.

Guru selalu menggunakan metode ceramah kemudian diskusikelompok dan presentasi setelah itu diberikan tugas/PR yang ada di rumah untuk dikerjakan dan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Dalam proses pembelajaran guru tidak memperhtatikan karakteristik peseta didik sehingga semua peserta didik harus bisa memahami pembelajaran dengan metode ceramah.

 

C. Produk Hasil Belajar

Produk adalah hasil yang dibuat oleh peserta didik  sebagai bukti bahwa peserta didik telah memahami materi dan mampu mengimplementasikan materi tersebut di dunia nyata.

Sejauh ini dari hasil pengamatan dan wawancara kami dengan siswa, guru belum pernah menugaskan siswa untuk membuat produk belajar. Proses pembelajaran hanya dilakukan ceramah, diskusi kelompok , presentasi dan mengerjakan soal yang ada di buku paket. Sehingga pembelajaran diferensiasi belum terlihat. Siswa yang memiliki gaya belajar visual, auditori dan kinestetik tidak dapat menyalurkan kemampuan mereka

 

D. Lingkungan belajar yang asri dan nyaman di SMAN 3 Mataram sangat mendukung proses pembelajaran berdiferensiasi . fasilitas ruang kelas yang luas dan kipas angin menambah kenyamanan akan tetapi hal ini tidak digunakan maksimal oleh guru .