Minggu, 29 April 2018

TUGAS 7

TUGAS 7

Hari/tanggal : Senin, 30 April 2018
Nama : WAHYU ANASTI
NIM: E1B117069
Kelas : Reguler Sore A
Alamat Email : wahyuanastii@gmail.com

Alamat Blog : wahyuanastii.blogspot.id


A).Perkembangan Fisik

Pertumbuhan fisik anak usia sekolah dasar akan menimbulkan karakteristik juga pola penyesuain diri mereka terhadap lingkungan. Selanjutnya perkembangan fisik mencakup aspek – aspek : tinggi dan berat badan, proporsi dan bentuk tubuh, otak dan perkembangan motorik.

a)Tinggi dan Berat Badan

Tinggi badan seorang anak relatif kisaran 5 hingga 6 % dan berat bertambah 10 %. Jadi, pada usia anak sekolah dasar perubahan berat badan lebih banyak dari pada tinggi badan. Karena ada penambahan ukuran dalam kerangka tulang belulang, sistem otot dan organ lainnya. Berat dan kekuatan otot anak semakin meningkat dan semakin menurunnya kadar lemak bayi. Pertambahan kekuatan otot juga dipengaruhi oleh faktor keturunan dan latihan. Pertumbuhan fisik akan memberikan kemampuan anak untuk berpartisipasi dalam berbagai aktifitas baru.

b)Proporsi dan Bentuk Tubuh

Pada anak usia sekolah dasar masih mengalami belum seimbangnya bentuk proporsi dan bentuk tubuh. Seringkali kepala mereka lebih besar dibandingkan kaki. Namun perkembangan akan mulai nampak pada kelas 5 atau 6. Mereka akan mengalami perubahan dari keseluruhan badan untuk menuju keseimbangan, perkembangan otot anak juga cepat meningkat. Hanya jaringan otot anak laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan otot anak perempuan. Sehingga anak laki – laki lebih kuat dari pada anak perempuan. Kondisi proporsi anak juga dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak

c)Otak

pada usia 5 tahun otak sudah mencapai 90% otak orang dewasa. Perkembangan ini disebabkan oleh penambahan jumlah dan ukuran ujung-ujung syaraf yang ada di dalam dan sekitar otak. Ditambah dengan adanya proses melinasi (terdesaknya sel-sel syaraf oleh lemak sehingga meningkatkan kecepatan informasi).Perkembangan otak tidak selalu dipengaruhi oleh nutrisi juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang akan merangsang otak selalu berfungsi. Karena tanpa dirangsang, otak tidak akan berkembang dan sulit mendapatkan informasi-informasi baru. Dan hal tersebut akan mempengaruhi perilaku anak dan interaksi dengan orang lain.

d)Perkembangan Motorik

Pekembangan motorik anak lebih halus, lebih sempurna dan terkoordinasi dari masa sebelumnya seiring bertambahnya berat dan tinggi badan. Mereka sudah mampu mengotrol dan mengkoordinasi setiap gerakan badan. Usia 7 tahun tangan anak semakin kuat dan lebih suka menggambang menggunakan pensil dari pada krayon. Usia 8 sampai 10 sudah mampu menggambar dengan baik dan dapat menulis dengan rata dan lebih kecil. Usia 10 sampai 12 sudah mampu memperlihatkan keterampilan dengan gerakan lebih cepat, rumit, dan kompleks seperti orang dewasa. Biasanya dalam hal perkembangan motorik anak perempuan lebih baik dari pada anak laki-laki. Untuk mengembangkan gerak motorik biasanya anak lebih banyak melakukan aktivitas permainan dan olahraga. Hal ini dapat memberikan latihan dan kesempatan belajar bersaing, berteman, bersahabat dan memperluas pergaulan.

B)  Perkembangan Intelektual (IQ)

a.  Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget anak usia antara 5-7 tahun memasuki tahap operasi konkret (concrete operations) yaitu pada waktu anak dapat berikir secara logik mengenai segala sesuatu. Pada umumnya mereka pada tahap ini sampai kira-kira II tahun.

b. Berpikir Operasional

Melakukan berbagai bentuk operasional yaitu kemampuan aktivitas mental sebagai kebalikan dari aktivitas jasmani. Pada tahap operasionak konkret anak-anak sudah mulai bekerja denga angka-angka, mengetahui konsep-konsep waktu dan ruang dan dapat membedakan kenyataan dengan hal-hal yang bersifat fantasi.

c. Konservasi

Konservasi adalah salah satu kemampuan yang penting yang dapat mengembangkan berbagai opemasi pada tahap konkret. Dengan kata lain konservasi adalah kemampuan untuk mengenal atau mengetahui bahwa dua bilangan yang sama akan tetap sama dalam substansi berat atau volume selama tidak ditambah atau dikurangi.
Anak pada usia sekolah dasar sudah mampu melakukan konservasi karena sudah memahami konsep bolak-balik (reversibility) konsep bahwa ia dapat mengembalikan benda kebentuknya yang semula tanpa (ditambah atau dikurangi).

d. Seriasi (Runtunan)

Seriasi juga adalah satu ciri perkembangan kognitif anak usia sekolah, yaitu memahami suatu seri posisi, seriasi ini juga berlaku untuk berbagai dimensi, yaitu dimensi tinggi, panjang atau ukuran, Artinya anak usia SD mampu menyusun benda mulai dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah.
 
e. Klasifikasi dari Obyek-obyek
Yaitu kemampuan untuk memilih sub kelompok.  Contoh, Konsep Angka

C) Perkembangan Emosional (EQ)

Pada masa anak sekolah dasar (school age), pada masa ini ia pada umumnya  mulai dituntut untuk dapat mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu dengan baik bahkan sempurna.
Kemampuan melakukan hal-hal tersebut menumbuhkan kepercayaan atas kecakapannya menyelesaikan sesuatu tugas. Kalau tidak pada akan tumbuh / menimbulkan perasaan rendah diri (inferiority) yang akan dibawanya pada taraf perkembangan selanjutnya.
Pada masa ini anak usia SD mulai mengalami ketidak senangan berdiferensiasi di dalam rasa malu cemas dan kecewa sedangkan kesenangan, berdiferensiasi ke dalam harapan dan kasih orang.
Oleh karena itu, tidak heran kalau terdapat siswa-siswi yang membenci atau menyenangi guru atau bidang studi tertentu, bergantung pada kemampuan guru untuk menyelenggarakan conditioning reinforcement aspek-aspek emosional tersebut.
Gejala “seperti takut, cemas, marah, sedih, iri cemburu, senang, kasih sayang, simpati merupakan beberapa proses manifestasi dari keadaan emosional pada diri seseorang.
Aspek emosional dari suatu perilaku melibatkan 3 variable yaitu:   
- Rangsangan yang menimbulkan emosi (the stimulus variable)
- Perubahan-perubahan fisiologis variable yang terjadi bila mengalami emosi (the organismic variable)
- Pola sambutan ekspresi atas terjadinya pengalaman emosional itu. (the respons variable)

D) Perkembangan social dan moral

Periode Usia Sekolah Minat terhadap kelompok makin besar, mulai mengurangi keikutsertaannya pada aktivitas keluarga. Pengaruh yang timbul pada keterampilan sosialisasi anak diantaranya berikut ini:
a)      Membantu anak untuk belajar bersama dengan orang lain dan bertingkah laku yang dapat diterima oleh kelompok.
b)      Membantu anak mengembangkan nilai-nilai sosial lain diluar nilainya.
c)      Membantu mengembangkan kepribadian yang mandiri dengan mendapatkan kepuasan emosional dari rasa berkawan
Menurut Hurlock mengemukakan ada beberapa pola perilaku dalam situasi sosial pada awal masa anak-anak yaitu sebagai berikut: kerja sama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan social, simpati, empati, ketergantungan, sikap ramah, meniru, perilaku kedekatan.

Perkembangan Moral pada Anak Usia SD) – Pada bab ini telah dijelaskan tentang perkembangan moral dan sosial pada anak usia Sekolah Dasar.
Pertama sekali anak belajar mengikuti aturan-aturan yang ada tanpa tahu alasan mengapa harus mengikuti aturan-aturan tersebut. Dalam mempelajari moral, ada 4 elemen penting, yaitu peran hukum, tata krama dan aturan; peran kata hati; peran rasa bersalah dan malu; serta peran interaksi sosial.
Keempat elemen ini penting dalam perkembangan moral seorang anak. Perkembangan moral tidak bisa dilepaskan dari lingkungan. Ketika kecil lingkungan keluargalah yang berperan, namun begitu memasuki usia sekolah konsep moral mulai berkembang, anak mengikuti aturan-aturan yang ada disertai adanya alasan-alasan tertentu.
Misalnya, agar disenangi teman sebaya atau orang disekelilingnya anak mengikuti aturan-aturan yang diharapkan lingkungannya.
Dalam perkembangan moral, disiplin mempunyai peran penting. Melalui disiplin anak belajar berperilaku sesuai dengan kelompok sosialnya. anak pun belajar perilaku yang dapat diterima dan tidak diterima dalam masyarakat.
Dalam menanamkan disiplin, hukuman dan penghargaan mempunyai andil. Hukuman akan diberikan jika terjadi pelanggaran disiplin, anak pun belajar memahami mengapa perilakunya salah dan anak tidak akan mengulangi perilaku tersebut. Demikian pula dengan penghargaan. Adanya penghargaan, anak akan belajar mengulangi perilaku yang diterima di lingkungannya. Pemberian hukuman dan penghargaan, atau penanaman disiplin haruslah secara konsisten.
Pengenalan perilaku baik dan buruk tidak terlepas dari bagaimana mengenalkan agama sejak dini. Melalui contoh sehari-hari anak belajar konsep Tuhan, surga, neraka, setan ataupun malaikat.
Setelah Anda membaca rangkuman dan mengerjakan latihan, diharapkan Anda dapat lebih paham mengenai kegiatan belajar ini. Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda mengenai perkembangan moral pada anak SD, maka cobalahn kerjakan soal-soal tes formatif berikut ini. Namun jika Anda merasa belum mantap mengenai materi ini, bacalah sekali lagi kegiatan belajar ini.

PERAN GURU DI SEKOLAH DASAR

Bab I pasal I ayat (13) dijelaskan “Pendidikan Dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah yang diselenggarakan pada satuan pendidikan yang berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, atau bentuk lain yang sederajat.”

Bab I pasal I ayat (14) dijelaskan “Sekolah Dasar yang selanjutnya disingkat SD adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang Pendidikan Dasar”.

Kewajiban guru sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Guru Pasal 52 ayat (1) mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok. Dalam penjelasan Pasal 52 ayat (1) huruf (e), yang dimaksud dengan “tugas tambahan”, misalnya menjadi pembina pramuka, pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket.

Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional maka dirumuskan tujuan pendidikan dasar yakni memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah (pasal 3 PP nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar).
Dari penjabaran tentang peraturan pemerintah di atas dapat di simpulkan bahwa peran dan tugasa guru di SD melaksanakan tugasnya guna memenuhi tujuan dari dibentuknya suatu pendidikan. Kegiatan bimbingan dan konseling di SD bisa dilakukan oleh guru kelas maupun konselor hal ini terjadi karena sebagian sekolah dasar yang ada masih belum memiliki guru SD.

Peran dan tugas guru di kelas sendiri selain mengajar adalah menyelengarakan kegiatan bimbingan dan konseling terhadap seluruh sisiwa di kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini terjadi karena guru kelas sebagai “pembimbing dan pengasuh” utama yang setiap hari bersama – sama siswa dalam proses pendidikan dasar yang sangat vital dalam keseluruhan perkembangan siswa. Berkat hubungan keseharian yang terus menerus selama satu tahun penuh itulah guru kelas diharapkan memeahami secara mendalam pribadi siswanya seorang demi seorangvdalam berbagai aspek yaitu terutama dalam berpenamilan siswa sehari – hari baik di dalam maupun di luar kelas selama jam sekolah,kecenderungan kemampuan akademik, bakat minata para siswa,hambatan dan permasalah yang dialaminya( baik yang menyangkut pribadi,hubungan sosial,maupun kegiatan dalam hasul belajarnya) serta kondisi keluarga dan lingkungan.

 DAFTAR PUSTAKA





Minggu, 15 April 2018

TUGAS 6

TUGAS 5
Hari/tanggal : Senin, 9 April 2018
Nama : WAHYU ANASTI
NIM: E1B117069
Kelas : Reguler Sore A
Alamat Email : wahyuanastii@gmail.com

Alamat Blog : wahyuanastii.blogspot.id



KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN PSIKOFISIK PESERTA DIDIK DI TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH, MENCAKUP (A) PERKEMBANGAN FISIK-MOTORIK, (B) KOGNITIF, (C) BAHASA, (D) SOSIOEMOSIONAL, (E) MORAL DAN RELIGI 

.      A. PERKEMBANGAN FISIK – MOTORIK

Perkembangan Fisik
Masa perkembangan remaja dimulai dari masa puber, umur 12-14 tahun. Masa puber atau permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang secara cepat. Pertengahan masa remaja adalah masa yang lebih stabil untuk menyesuaikan diri dan berintegrasi dengan perubahan permulaan remaja kira- kira umur 14-16 tahun. Pubertas adalah suatu rangkaian perubahan fisik yang membuat organisme secara matang mampu berproduksi. Hampir setiap organ dan system tubuh dipengaruhi oleh perubahan ini. Anak yang mengalami puber awal akan mengalami berbeda dengan puber akhir. Dalam penampakan luar karena perubahan tinggi, proporsi tubuh, dan adanya tanda-tanda perkembangan seksual pertama dan kedua.Walaupun urutan kejadian pada pubertas pada umumnya sama bagi setiap anak. Waktu dan kecepatan tiap-tiap anak berbeda. Rata-rata anak perempuan mengalami perubahan 1 sampai 2 tahun lebih awal daripada anak laki-laki.

Perkembangan Motorik
Ketika anak memasuki usia SMP, sebenarnya ia telah memiliki kemampuan motorik dasar, baik motorik kasar maupun motorik halus sebagai modal utama dalam mengikuti berbagai aktivitas di sekolah. Pada usia ini kekuatan otot anak akan berlipat ganda seiring dengan semakin banyaknya jumlah sel otot baru yang terbentuk. Pada anak laki-laki, sel-sel otot baru yang dibentuk jumlahnya lebih banyak daripada anak perempuan, sehingga tidak heran kalau anak laki-laki biasanya lebih kuat dibandingkan dengan anak perempuan.
Perkembangan kekuatan otot tersebut kemudian diimbangi dengan perkembangan dalam mengoordinasi gerakan antara otot yang satu dengan otot yang lain. Oleh karena itu, keterampilan motorik halus yang telah dimilikinya akan terus meningkat dan lebih spesifik. Pada masa ini aktivitas fisik sederhana yang meliputi lari jarak pendek, melompat, dan melempar benda-benda sesukanya, sudah tidak menarik lagi. Sebaliknya, mereka membutuhkan jenis aktivitas yang kompleks dan menantang.
Dengan semakin berkembangnya sistem saraf, sehingga penyampaian rangsangan dari simpul-simpul sarafnya berlangsung lebih cepat, maka anak semakin terampil dalam mengoordinasi otot-otot tangan dan kakinya.

B. PERKEMBANGAN KOGNITIF

Piaget, seorang ahli psikologi kognitif, mengemukakan 4 (empat) tahapan perkembangan kognitif individu , yaitu:
a)        Tahap Sensori-Motor (0-2)
Inteligensi sensori-motor dipandang sebagai inteligensi praktis (practical intelligence), yang berfaedah untuk belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum mampu berfikir mengenai apa yang sedang ia perbuat. Inteligensi individu pada tahap ini masih bersifat primitif, namun merupakan inteligensi dasar. Artinya, benda apapun yang tidak ia lihat, tidak ia sentuh, atau tidak ia dengar dianggap tidak ada meskipun sesungguhnya benda itu ada. Dalam rentang 18 – 24 bulan barulah kemampuan object permanence anak tersebut muncul secara bertahap dan sistematis

b)        Tahap Pra Operasional (2–7)
Pada tahap ini anak sudah memiliki penguasaan sempurna tentang object permanence. Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak dilihat, didengar atau disentuh lagi.

c)         Tahap konkret-operasional (7-11)
Pada periode ditandai oleh adanya tambahan kemampuan yang disebut system of operation (satuan langkah berfikir) yang bermanfaat untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam pemikirannya sendiri.

d)        Tahap formal-operasional (11-dewasa)
Pada periode ini seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif yaitu :
Kapasitas menggunakan hipotesis; kemampuan berfikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang dia respons dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak.
Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak; kemampuan untuk mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak secara luas dan mendalam.

C. BAHASA

Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang ia telah banyak belajar dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau yang disebut bahasa ibu.
Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengkutip proses belajar disekolah. Sebagaimana diketahui, dilembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaedah yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti istilah baceman dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa prokem terutama secara khusus untuk kepentingan khusus pula.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa bahasa remaja sangat dipengaruhi oleh pergaulan dengan sesamanya. Oleh karena itu, peran lingkungan keluarga dan sekolah sangat dibutuhkan agar terdapat keseimbangan diantaranya.

D. SOSIO – EMOSIONAL
Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Tahap-tahap perkembangan moral menurut Kohlberg :
Pra-Konvensional
Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini. Seseorang yang berada dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung. Tingkat pra-konvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan moral, dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris
Konvensional
Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang dewasa. Orang di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat.

Pasca-Konvensional
Tingkatan pasca konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip, terdiri dari tahap lima dan enam dari perkembangan moral. Kenyataan bahwa individu-individu adalah entitas yang terpisah dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Perspektif seseorang harus dilihat sebelum perspektif masyarakat. Akibat ‘hakekat diri mendahului orang lain’ ini membuat tingkatan pasca-konvensional sering tertukar dengan perilaku pra-konvensional.
Adapun factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan social antara lain sebagai berikut :
1.Keluarga
2.Kematangan
3.Status social ekonomi
4.Pendidikan
5.Kapasitas mental emosi dan inteligensi
PERKEMBANGAN MORAL
PADA MASA REMAJA

MORIstilah moral berasal dari kata Latin “mos” (moris) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral.
Nilai-nilai moral itu, seperti seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan, dan memelihara hak orang lain, serta larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum minuman keras dan berjudi.
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.

E. MORAL DAN RELIGI

Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama dari orangtuanya. diantaranya  sebagai berikut :
a.      Konsisten dalam mendidik anak
Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang atau membolehkan tingkah laku tertentu kepada anak. Suatu tingkah laku anak yang dilarang oleh orangtua pada suatu waktu, harus juga dilarang apabila dilakukan pada waktu lain.
b.      Sikap orangtua dalam keluarga
Secara tidak langsung, sikap orangtua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu, atau sebaliknya, dapat mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu melalui proses peniruan (imitasi). Sikap orangtua yang keras (otoriter) cenderung melahirkan sikap disiplin semu oada anak, sedangkan sikap yang acuh tak acuh atau sikap masa bodoh, cenderung mengembangkan sikap kurang bertanggungjawab dan kurang mempedulikan norma pada diri anak. Sikap yang sebaiknya dimiliki oleh orangtua adalah sikap kasih saying, keterbukaan, musyawarah (dialogis).     
c.       Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut
Orangtua merupakan panutan (teladan) bagi anak, termasuk disini panutan dalam mengamalkan ajaran agama. Orangtua yang menciptakan iklim yang religious (agamis), dengan cara memberikan ajaran atau bimbingan tentang nilai-nilai agama kepada anak, maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik.
d.      Sikap konsisten orangtua dalam menerapkan norma
Orangtua yang tidak menghendaki anaknya berbohong, atau berlaku tidak jujur, maka mereka harus menjauhkan dirinya dari prilaku berbohong atau tidak jujur. Apabila orangtua mengajarkan kepada anak, agar berprilaku jujur, bertutur kata yang sopan, bertanggungjawab atau taat beragama, tetapi orangtua sendiri menampilkan perilaku sebaliknya, maka anak akan mengalami konflik pada dirinya, dan akan menggunakan ketidakkonsistenan orangtua itu sebagai alas an untuk tidak melakukan apa yang diinginkan orangtuanya, bahkan mungkin dia akan berprilaku seperti orangtuanya.

PERKEMBANGAN RELIGI
Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam perasaan yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Kondisi ini menyebabkan terjadinya perubahan emosi yang begitu cepat dalam diri remaja,,seperti ketidakstabilan perasaan remaja kepada Tuhan/Agama.
Fitrah beragama ini merupakan disposisi (kemampuan dasar) yang mengandung kemungkinan atau berpeluang untuk berkembang. Namun, mengenai arah dan kualitas perkembangan beragama remaja sangat bergantung kepada proses pendidikan yang diterimanya. Jiwa beragama atau kesadaran beragama merujuk kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang direfleksikan kedalam peribadatan kepada-Nya.
Kebutuhan remaja akan Allah kadang-kadang tidak terasa ketika remaja dalam keadaan tenang, aman, dan tentram. Sebaliknya Allah sangat dibutuhkan apabila remaja dalam keadaan gelisah, ketika ada ancaman, takut akan kegelapan, ketika merasa berdosa.
Jadi,,kesimpulannya,,perasaan remaja pada agama adalah ambivalensi. Kadang-kadang sangat cinta dan percaya pada Tuhan, tetapi sering pula berubah menjadi acuh tak acuh dan menentang (Zakiyah Darajat, 2003:96-96 dan Sururin, 2002:70).
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
a)      Ajaran agama yang mereka terima.
b)      Cara penerapan ajaran agama.
c)      Keadaan lembaga-lembaga keagamaan.
d)      Para pemuka agama
  
DAFTAR PUSTAKA

https://occiie23.wordpress.com/2012/07/05/perkembangan-bahasa-peserta-didik-usia-sekolah-menengah-remaja-2/


Minggu, 08 April 2018

REVISI TUGAS 3 DAN 4



REVISI TUGAS 3 DAN TUGAS 4
Hari/tanggal : Senin, 2 April 2018
Nama : WAHYU ANASTI
NIM: E1B117069
Alamat Email : wahyuanastii@gmail.com

Alamat Blog : wahyuanastii.blogspot.id


Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik di Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 


1.    Faktor Keluarga

Keluarga merupakan Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.

2.    Faktor Kapasitas Mental, Emosidan, Intelegensi

Perkembangan emosi, Anak yang berkemampuan intelek tinggi berbahasa dengan baik. jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak.Kemampuan berfikir, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah. 


3.    Faktor Teman Sebaya

Makin dewasa si anak maka kesempatan berhubungan dengan teman sebayanya, akan berpengaruh terhadap pola sikap dan pola kepribadiannya. norma pribadi berbeda dengan norma yang ada di lingkungan teman-teman. Maka ia akan cenderung mengikuti lingkungan temanya.

4.    Faktor Keragaman Budaya

sikap dan prilaku anak didik selalu dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka. Seperti : Berbicara dengan bahasa daerah. Karna masa perkembangan anak didik mudah dipengaruhi oleh budaya di masyarakat, baik prilaku yang positif maupun prilaku yang negatif.

5.    Faktor Media Massa


Media massa dapat merubah prilaku seseorang ke arah positif dan negatif. Semakin canggih suatu media massa maka akan semakin terasa dampaknya bagi kehidupan kita. Contoh, Televisi sangat mudah mempengaruhi masyarakat, khususnya anak-anak yang dalam perkembangan melalui acara yang disiarkannya.


6 . Faktor Status Sosial Ekonomi

Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.


7 . Faktor Pendidikan

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.


TUGAS 5

TUGAS 5
Hari/tanggal : Senin, 9 April 2018
Nama : WAHYU ANASTI
NIM: E1B117069
Kelas : Reguler Sore A
Alamat Email : wahyuanastii@gmail.com

Alamat Blog : wahyuanastii.blogspot.id

TUGAS - TUGAS PERKEMBANGAN BERDASARKAN TAHAPAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK DI SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH 


Tugas Tugas Perkembangan adalah proses setiap individu yang sudah pasti akan dilalui oleh setiap individu. bersifat universal dan otomatis. dan Kegiatan keterampilan untuk proses perkembangan yang terjadi pada manusia normal. 


Adapun tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah menengah  yaitu :


1.Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum dilakukan anak-anak.

2.Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai individu yang sedang tumbuh.

3.Belajar menyesuaikan diri terhadap teman-teman sebaya.

4.Mulai mengembangkan peran social pria dan wanita secara tepat.

5.Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung.

6.Mengembangakan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.

7.Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata nilai.

8.Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan lembaga dilingkungan hidupnya.

9.Mencapai kebebasan pribadi.




Implikasi tugas perkembangan peserta didik pada usia sekolah menengah

1.    Pendidikan yang berlaku di Indonesia, baik pendidikan yang di selenggarakan di dalam sekolah maupun di luar sekolah, pada umumnya diselenggarakan dalam bentuk klasikal. Oleh karena itu, yang harus mendapatkan perhatian di dalam penyelenggaraan pendidikan adalah sifat-sifat dan kebutuhan umum remaja, seperti pengakuan akan kemampuannya, ingin untuk mendapatkan kepercayaan, kebebasan, dan semacamnya.

2.      Beberapa usaha yang perlu dilakukan di dalam penyelenggaraan pendidikan, sehubungan dengan minat dan kemampuan remaja yang dikaitkan terhadap cita-cita kehidupannya antara lain adalah:

                  a.      Bimbingan karier dalam upaya mengarahkan siswa untuk menentukan pilihan jenis                              pendidikan dan jenis pekerjaan sesuai dengan kemampuannya.
                  b.    Memberikan latihan-latihan praktis terhadap siswa dengan ber-orientasi kepada                                   kondisi  (tuntutan) lingkungan.
                  c.    Penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan mengem¬bangkan kurikulum                                  muatan lokal.

3.      Keberhasilan dalam memilih pasangan hidup untuk membentuk keluarga banyak ditentukan oleh pengalaman dan penyelesaian tugas-tugas perkembangan masa-masa sebelumnya. Untuk me¬ngembangkan model keluarga yang ideal maka perlu dilakukan:

              a.      Bimbingan tentang cara pergaulan dengan mengajarkan etika pergaulan lewat                                       pendidikan budi pekerti dan pendidikan keluarga.
               b.Bimbingan siswa untuk memahami norma yang berlaku baik di dalam keluarga.


Sumber : 
http://ambuau.blogspot.co.id/2015/05/tugas-tugas-perkembangan-peserta-didik.html




Minggu, 01 April 2018

TUGAS 4



TUGAS 4
Hari/tanggal : Senin, 2 April 2018
Nama : WAHYU ANASTI
NIM: E1B117069
Alamat Email : wahyuanastii@gmail.com
Alamat Blog : wahyuanastii.blogspot.id

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Tingkat SMA

1.    Keluarga

Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Karna keluarga adalah lingkungan pertama peserta didik. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.

2.     Status Sosial Ekonomi

Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.

3.     Pendidikan

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.

4.     Kapasitas Mental, Emosi dan Intelegensi

Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak  hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi berpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak.

5.    Faktor Teman Sebaya

Makin bertambah umur, si anak makin memperoleh kesempatan berhubungan dengan teman-teman sebayanya, akan besar pengaruhnya terhadap pola-pola sikap atau pola-pola kepribadiannya. norma pribadi sangat berlainan dengan norma yang ada di lingkungan teman-teman. Maka ia akan cenderung mengikuti lingkungan temanya.

 6.    Keragaman Budaya

Bagi perkembangan anak didik, keragaman budaya sangat besar pengaruhnya bagi mental dan moral mereka. Ini terbukti dengan sikap dan prilaku anak didik selalu dipengaruhi oleh budaya-budaya yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka. Pada masa-masa perkembangan, seorang anak didik sangat mudah dipengaruhi oleh budaya-budaya yang berkembang di masyarakat, baik budaya yang membawa ke arah prilaku yang positif maupun budaya yang akan membawa ke arah prilaku yang negatif.


7. Media Massa

Media massa dapat merubah prilaku seseorang ke arah positif dan negatif. Semakin canggih suatu media massa maka akan semakin terasa dampaknya bagi kehidupan kita. elektronik antara lain televisi. Televisi sangat mudah mempengaruhi masyarakat, khususnya anak-anak yang dalam perkembangan melalui acara yang disiarkannya.