SABTU, 26 MEI 2018
Kelompok : 1. WAHYU ANASTI
2. ANGGUN ASYARI
3. RIDO ALYU AKBAR
4. ASAD MUNIB
Tema : Siswa Yang Optimis
Latar : Tempat : MTs NW Joga Lenek, Lombok Timur
Waktu : Siang Hari
Tim penyusun : 1. ANGGUN ASYARI : Sutradara
2. ASAD MUNIB : Penulis Skenario
3. RIDO ALYU : Penyuting Gambar
4. WAHYU ANASTI : Editor Skenario dan Film
Sinopsis
Disebuah sekolah yang kecil dan sederhana yaitu Mts NW joga
lenek, Lombok Timur. Dengan jalan setapak yang berliku dan terletak pada
pedalaman, dikelilingi oleh sawah sekolah tersebut berdiri dan siap bersaing
dengan sekolah lainnya. Di Mts. NW Joga terdapat tidak begitu banyak isswa
hanya beberapa yang berisikan 16 siswa disana berbagai watak sifat dan kelakuan
siswa yang berbeda-beda dengan keterbatasan teknologi dan pengetahuan minim
karena sekolah tersebut berada pada pelosok yang tidak memungkinkan untuk
diketahui masyarakat dan lumayan sulit buntuk ditemukan karena berada pada
pedalaman desa lenek.
Disanalah ada seorang siswa perempuan bernama “ulfiani”
berumur 14 tahun. siswa yang tengah mengalami awal pubertas inipun tidak surut
dari semangat juang yang tinggi dan harapan-harapan untuk kehidupan kedepannya
, ia memiliki cita-cita dan mimpi yang tinggi meskipun sulit untuk digapai
Karena keterbatasan disekelilingnya seperti ekonomi. Ulfi setiap paginya
bersekolah dan pulangnya membantu sang ibu dan ayah bekerja membuat bata, namun
meskipun begitu ulfi adalah sosok yang berprestasi disekolah selalu mendapatkan
juara pertama dari 16 siwa dengan sekolah yang terbilang kurang dikenali namun
ia tetap bangga dengan prestasi yang ia dapatkan.
“namaku ulfiani, aku adalah seorang remaja yang berumur 14
tahun. Aku tinggal bersama ibuku. Ayahku sudah lama meninggal sejaka aku kelas
5 SD” dan inilah ceritaku..
Pagi-pagi sekali ulfi sudah berada disekolah untuk ujian
karena hari ini tepat pada tanggal 31 mei 2018 adalah hari terakkhir ulfi
menjalani ujian akhir sekolah untuk naik ke kelas IX terlihat beberapa siswa
yang melakukan ujian juga meskipun tidak terlalu banyak namun semangat para
siswa menjalani ujian begitu kuat. Didalam hati ulfi selalu menanamkan pada
dirinya sendiri bahwa ia harus sukses meskipun engan keadaan yang telah ia
alami saat ini “Aku selalu berpikir tentang fasilitas yang aku dapatkan
untuk mencari ilmu tersedia didepan
mata, meskipun tidak begitu sama dengan sekolah lainnya. Masih pantaskah kami
malas dalam belajar dan mengejar mimpi? Sementara saudara kami diluar sana
tengah berjuang bertaruh nyawa hanya untuk pergi kesekolah” kata ulfi dalam
hati. Itu adalah sebuah semangat terbesar ulfi untuk menggapai cita-citanya
selain dukungan dari orang tua. Disekolah ulfi juga banyak bergaul dengan
teman-temannya ia berpikir “teman adalah segalanya dikala kita lelah dengan
lingkungan luar sekolah, teman juga bisa tempat berbagi apapun keluh kesaha
kita. Namun aku juga harus pintar memilih teman agar tidak terjerumus dengan
pergaulan sekarang, apalagi banyak sekali teman diseusiaku yng menikah dini”
ulfi berpikir bahwa Ian akan bergaul dengan siapapun namun ada batas dan
pengendalian dirinya.
Pulang sekolah ulfi tidak langsung membereskan segala
keperluan sekolahnya namun ia memilih mengajak teman-temannya membantu ibunya
membuat bata karena ulfi hanyalah seorang anak yang ditinggal oleh ayahnya dan
ulfi tinggal bersama ibunya. Lewat pekerjaan tersebut ulfi dan keluarga bisa
memenuhi kebutuhan ekonominya. Setelah
melihat bahan-bahan terkumpul ulfi bergegas untuk mengganti pakaiannya dan membantu
orang tuanya merapikan bata-bata yang usudah jadi. Tidak dipungkiri bahwa ulfi
juga seorang anak yang ingin bermain dengan teman-temannya namun ia merasa ada
waktu senggang sesekali ulfi akan keluar bersama teman-temannya “aku adalah
anak yang sedang mengalami masa dimana permasalahan dalam diriku dimulai jadi
aku tidak munafik dengan keinginan untuk memiliki tekhnologi yang maju seperti
sekarang, namun untuk mendapatkan itu aku harus berusaha menggapai cita-citaku
dulu seperti kata pepatah bersakit-sakitlah dahulu bersenang senang kemudian.
Aku pikir semua orang memiliki pemikiran sepeti itu tapi aku tidak mempunyai
waktu untuk memikirkannya karena jika hanya dipikirkan dan tidak dikerjakan
maka akulah sanag tong kosong nyaring bunyinya” itu adalah moto yang selalu
ulfi pegang.
Pada sore hari seperti biasa ulfi akan membereskan rumah dan
segala yang perlu ia kerjakan. Ulfi adalah anak yang berbakti namun juga tidak
bisa dibohongi ia pasti penah kesal dengan ibunya namun diumur yang sekarang ia
mencoba mengendalikan diri meskipun terkadang tidak bisa karena jiwa yang labil
pasti ada melekat pada dirinya, jiwa yang memiliki rasa egois dan emosi yang
labil, “aku memiliki segalanya meskipun tidak seperti yang lain, aku memiliki
ibu yang sempurna meskipun tanpa ayah, aku memiliki ibu yang pekerja keras,
jadi aku berpikir kenapa tidak aku membalas semua yang diberikan ibuku kepadaku
kepadaku?”
Kemudian dimalam hari ulfi pun belajar untuk meningkatkan
kemampuannya dalam akademik ia berpikir “bukan tiada jam tanpa belajar namun
tiada hari tanpa belajar, menurutku belajar adalah hal yang paling membosankan
namun aku selalu mengingat kata-kata ayahku bahwa bahagiakanlah ibumu selagi
kau bisa, so bosan adalah hal yang wajar tapi hanya dengan itu aku bisa
membahagiakan ibuku” pada hari-hari berikutnya ulfi mendapatkan nilai sesuai
yang ia inginkan. Ulfi sangat ingin menggapai batas kemampuan yang ia miliki
namun karena keterbatasan dari lingkungan sekolah dan ekonomi keluarga . ulfi
selalu bersyukur dengan yang ia dapatkan dan berjanji tidak akan pernah
berhenti menggapai cita-citanya setinggi apapun, justru karena keterbatasan itu
ulfi berpikir ia akan lebih maju kedepannya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar